Selasa, 03 Maret 2015

WASPADAI EMBUN BERACUN DAN JAMUR PADA USAHA BUDIDAYA GURAMI


LATAR BELAKANG

Sekarang ini, usaha budidaya ikan gurami sedang naik daun. Artinya, saat ini permintaan pasar sejak dari telur hingga konsumsi semuanya meningkat. Baik harga maupun jumlahnya. Harga telur gurami di pasar saat ini mencapai Rp 46,-/butir. Dan bahkan untuk jenis gurami tertentu, katakanlah jenis Galunggung bisa mencapai Rp 90,-/butir. Sedangkan harga konsumsi di tingkat pembudidaya mencapai Rp 32.000-Rp 35.000/kg-nya. Melihat peluang pasar yang baik ini, maka pembudidaya yang cerdas banyak yang tertarik untuk melakukan budidaya gurami sebagai alternatif pilihannya.
Menurut Dr. Suwarman Partosuwiryo, dalam desertasinya tentang Pranoto Mongso, yaitu yang menjelaskan tentang hubungan pranoto mongso dengan penangkapan ikan di laut, ternyata kami menganalisis bahwa pranoto mongso ini juga sangat erat kaitannya dengan budidaya khususnya ikan gurami.
Dalam mongso kelima dan keenam ini (November-26 Desember), sangat riskan terhadap embun beracun atau embun berbisa. Khususnya pada penetasan gurami  dan juga segmen pendederan I begitu juga jamur khususnya pada awal penebaran gurami untuk pembesaran. Berikut kami uraikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit:


Mekanisme terjadinya penyakit:
Menurut Profesor Komaruddin (ahli penyakit ikan) bahwa penyakit ikan akan terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tiga faktor. Yaitu:
1.      Faktor lingkungan.
2.      Faktor inang / ikan itu sendiri.
3.      Faktor pathogen.

Dan semakin besar kesenjangannya, maka penyakit akan terjadi:

 
Sebagai contoh apabila ikan kondisi bagus dan sehat, pathogen sudah ada di perairan namun terhambat perkembangannya. Akan tetapi kalau faktor lingkungan jelek/buruk yang diindikasikan dengan bahan organik tinggi, pH rendah, DO rendah, dan suhu rendah di bawah 260C maka unsur penyakit akan terjadi ledakan atau perkembangan yang sangat pesat. Sehingga ikan menjadi terserang oleh penyakit. Khususnya jenis bakteri dan virus (bakteri aeromonas sp, dan virus KHV). Untuk mengantisipasi faktor lingkungan pada mongso ke-lima dan ke-enam ini dimana suhu udara relatif rendah dan juga banyak turun hujan sehingga juga berpengaruh terhadap suhu air. Hal ini juga diikuti dengan adanya embun beracun dan juga pertumbuhan jamur, maka dimungkinkan akan terjadi ledakan penyakit.
Hal yang perlu diperhatikan:
1.             Suhu air khususnya pada segmen penetasan dan pendederan I dan II, diusahakan berkisar 29-300C dengan cara membuat indoor hatchery sehingga suhu air lebih stabil.
2.             Dikarenakan mongso kelima dan keenam ini ada unsur yang membahayakan khususnya bagi kehidupan ikan gurami, yaitu faktor embun beracun/berbisa, maka telur gurami yang ditetaskan dalam bak plastik/ember plastik sebaiknya jangan ditaruh di tempat terbuka. Artinya kontak langsung dengan udara terbuka/bebas. Akan tetapi taruhlah di dalam ruangan yang terlindung dan ditutup dengan tampah. Biasanya yang terjadi di lapangan, telur yang ditetaskan dalam ember/bak plastik dan ditaruh di tempat terbuka biasanya banyak terjadi kematian, bahkan bisa mencapai 100%. Hal ini sering dialami oleh pembudidaya. Termasuk dalam kolam pendederan, ikan akan stress dan menyebabkan kematian. Disarankan tingkat kepadatan telur dalam ember plastik berkisar antara 2000-3000 butir/ember. 
3.             Khususnya pada penebaran benih baik pendederan II, pendederan III, dan pembesaran, usahakan benih tidak terjadi luka. Dan apabila terjadi luka, maka bakteri/virus akan mudah masuk dan luka tersebut akan diikuti dengan pertumbuhan jamur. Maka sebaiknya sebelum ditebarkan ke kolam, lakukan pencegahan atau pengobatan. Boleh menggunakan larutan garam 300-500 gram/m3 atau pun desinfektan yang lain yang terdaftar di KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI).
4.             Jangan melakukan penangkapan ikan pada saat turun hujan. Karena, hampir dipastikan hal ini akan mengakibatkan ikan rusak yang kemudian akan diikuti dengan pertumbuhan jamur. 
5.             Sebagai pembudidaya harus mengacu pada petunjuk teknis CBIB (cara budidaya ikan yang baik) ataupun CPIB (cara pembenihan ikan yang baik).

0 komentar:

Posting Komentar