LATAR BELAKANG
Sekarang ini, usaha budidaya ikan
gurami sedang naik daun. Artinya, saat ini permintaan pasar sejak dari telur
hingga konsumsi semuanya meningkat. Baik harga maupun jumlahnya. Harga telur
gurami di pasar saat ini mencapai Rp 46,-/butir. Dan bahkan untuk jenis gurami
tertentu, katakanlah jenis Galunggung bisa mencapai Rp 90,-/butir. Sedangkan
harga konsumsi di tingkat pembudidaya mencapai Rp 32.000-Rp 35.000/kg-nya.
Melihat peluang pasar yang baik ini, maka pembudidaya yang cerdas banyak yang
tertarik untuk melakukan budidaya gurami sebagai alternatif pilihannya.
Menurut Dr. Suwarman Partosuwiryo,
dalam desertasinya tentang Pranoto Mongso, yaitu yang menjelaskan tentang
hubungan pranoto mongso dengan penangkapan ikan di laut, ternyata kami
menganalisis bahwa pranoto mongso ini juga sangat erat kaitannya dengan
budidaya khususnya ikan gurami.
Dalam mongso kelima dan keenam ini
(November-26 Desember), sangat riskan terhadap embun beracun atau embun
berbisa. Khususnya pada penetasan gurami
dan juga segmen pendederan I begitu juga jamur khususnya pada awal
penebaran gurami untuk pembesaran. Berikut kami uraikan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit:
Mekanisme terjadinya penyakit:
Menurut Profesor Komaruddin (ahli
penyakit ikan) bahwa penyakit ikan akan terjadi apabila terjadi
ketidakseimbangan antara tiga faktor. Yaitu:
1.
Faktor
lingkungan.
2.
Faktor
inang / ikan itu sendiri.
3.
Faktor
pathogen.
Dan semakin besar kesenjangannya, maka penyakit akan terjadi:
|
Hal yang perlu diperhatikan:
1.
Suhu
air khususnya pada segmen penetasan dan pendederan I dan II, diusahakan
berkisar 29-300C dengan cara membuat indoor hatchery sehingga suhu air lebih stabil.
2.
Dikarenakan
mongso kelima dan keenam ini ada unsur yang membahayakan khususnya bagi
kehidupan ikan gurami, yaitu faktor embun beracun/berbisa, maka telur gurami
yang ditetaskan dalam bak plastik/ember plastik sebaiknya jangan ditaruh di
tempat terbuka. Artinya kontak langsung dengan udara terbuka/bebas. Akan tetapi
taruhlah di dalam ruangan yang terlindung dan ditutup dengan tampah. Biasanya
yang terjadi di lapangan, telur yang ditetaskan dalam ember/bak plastik dan
ditaruh di tempat terbuka biasanya banyak terjadi kematian, bahkan bisa
mencapai 100%. Hal ini sering dialami oleh pembudidaya. Termasuk dalam kolam
pendederan, ikan akan stress dan menyebabkan kematian. Disarankan tingkat
kepadatan telur dalam ember plastik berkisar antara 2000-3000 butir/ember.
3.
Khususnya
pada penebaran benih baik pendederan II, pendederan III, dan pembesaran,
usahakan benih tidak terjadi luka. Dan apabila terjadi luka, maka bakteri/virus
akan mudah masuk dan luka tersebut akan diikuti dengan pertumbuhan jamur. Maka
sebaiknya sebelum ditebarkan ke kolam, lakukan pencegahan atau pengobatan.
Boleh menggunakan larutan garam 300-500 gram/m3 atau pun desinfektan
yang lain yang terdaftar di KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI).
4.
Jangan
melakukan penangkapan ikan pada saat turun hujan. Karena, hampir dipastikan hal
ini akan mengakibatkan ikan rusak yang kemudian akan diikuti dengan pertumbuhan
jamur.
5.
Sebagai
pembudidaya harus mengacu pada petunjuk teknis CBIB (cara budidaya ikan yang
baik) ataupun CPIB (cara pembenihan ikan yang baik).
0 komentar:
Posting Komentar