I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan
dalam budidaya ikan salah satunya ditentukan oleh tersedianya benih ikan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya. Serta pada waktu yang tepat saat dibutuhkan.
Untuk hal tersebut harus didukung oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang
memiliki ketrampilan memadai. Terlebih untuk pembenihan grasscarp, bawal, lele
atau jenis ikan yang lain yang memang sulit untuk dikawinkan secara alami. Hal
ini harus dilakukan pemijahan ikan dengan Induced
Breeding. Dikarenakan kemampuan UPR masih terbatas, sehubungan tersebut
kiranya perlu kami sampaikan materi tentang pembenihan ikan lele dengan sistem Induced Breeding. Hal ini juga sekaligus
berguna untuk lebih mengintensifkan pembenihan ikan dan meningkatkan produksi
benih ikan.
B. TUJUAN KEGIATAN
Memberikan
bimbingan ketrampilan dan pengetahuan kepada UPR. Khususnya dalam hal
pembenihan, sekaligus guna meningkatkan produksi benih ikan. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
petani dan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.
II. PERSIAPAN PELAKSANAAN
Salah
satu teknik pemijahan ikan lele adalah pemijahan buatan. Dalam pemijahan ini,
dikenal istilah lain yaitu induced
breeding atau kawin suntik. Cara pelaksanaannya setelah induk kita pilih,
lalu induk betina kita suntik dengan hormon perangsang yang menggunakan ektrak
kelenjar hipofisa ataupun bisa juga menggunakan penyuntikkan dengan hormon
ovaprim.
Langkah
selanjutnya adalah Menyiapkan induk lele betina dan jantan yang sudah matang
gonad dan dilakukan penimbangan. Induk yang baik memiliki ciri ciri diantaranya
: Induk tidak cacat, dari hasil keturunan induk yang baik atau jenis unggul.
Jenis lele unggul saat ini adalah lele sangkuriang dan lele paiton.
1.
Ciri induk betina matang
gonad
a.
Perut mengembang ke arah
belakang sampai anus. Apabila diraba terasa lunak.
b.
Gerakan relatif lebih
lambat
c.
Lubang kelamin berwarna
kemerahan
d.
Usia induk 1 – 1,5 tahun
e.
Berat di atas 1 Kg
2.
Ciri induk jantan matang
gonad
a.
Umur 1 – 1,5 tahun
b.
Berat di atas 1 kg
c.
Lubang kelamin memanjang
dan ujungnya berwarna merah
d.
Apabila sirip punggung
dipegang, maka sirip tersebut akan tegak
e.
Warna tubuh dan sungut
condong berwarna lebih kemerahan
f.
Gerakannya lincah
gambar induk jantan matang gonad
gambar induk betina matang gonad
I. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
a.
Mengairi bak yang sudah
dikeringkan sedalam 40-50 cm
b.
Menyiapkan ovaprim dan
jarum spuit.
c.
Menyiapkan bulu ayam
sebagai alat pengaduk.
d.
Menyiapkan lap, tisu,
gunting, baskom-baskom, gelas, blower
gambar ovaprim dan alkohol
I. PELAKSANAAN
A.
Cara melaksanakan
penyuntikan dengan hormon ovaprim adalah sebagai berikut:
1. Dosis yang digunakan 0,3 cc ovaprim untuk setiap Kg induk.
Suntikkan ovaprim ke dalam tubuh induk yang sudah disiapkan.
2.
Masukkan induk yang sudah
disuntik ke dalam bak yang sudah disiapkan dan biarkan selama kurang lebih 10
jam.
3.
Pengambilan sperma induk
jantan. Setengah jam sebelum pengeluaran telur, sperma harus sudah dipersiapkan
terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut :
a.
Ambil seekor induk jantan
yang sudah disiapkan, gunting perut mulai dari anus hingga belakang tutup
insang.
b.
Ambil kantong sperma dan
bersihkan dari kotoran/darah.
c.
Ambil larutan NaCl 0,9%.
Masukkan ke dalam gelas sebanyak kira-kira 50 cc. Sperma dikucek ke dalam
larutan tersebut. Hingga sperma yang di dalam kantong sperma habis.
4.
Stripping telur
(pengeluaran telur). Tangkap induk jantan yang sudah disuntik/ sudah terjadi
ovulasi. Bersihkan badannya dari air. Siapkan baskom atau wadah tempat
menampung telur. lakukan pengurutan dari arah depan menuju ke anus untuk
mengeluarkan telurnya. Setelah telur dikeluarkan dan ditampung dalam wadah,
masukkan larutan sperma yang telah dicampur dengan NaCl tadi dan aduk hingga
merata semua telur terkena larutan tersebut. Aduk menggunakan bulu ayam.
5.
Telur yang sudah dibuai
maka akan berwarna hijau kekuningan agak gelap. Sedangkan yang tidak terbuai
akan berwarna putih. Setelah itu lakukan pencucian telur agar terjadi pembuahan
dengan sempurna dengan cara memberikan air bersih. Buang air hasil cucian
tersebut sehingga telur dalam kondisi bersih dan bebas dari sperma.
A.
Proses penetasan telur
Penetasan
telur lele dapat dilakukan di bak semen yang dilengkapi dengan kain hapa halus.
Dapat juga menggunakan bak fyberglass, ember
ataupun menggunakan akuarium. Khusus untuk di bak permanen, hal yang perlu
dilakukan adalah siapkan kolam permanen misal ukuran 2x1x0,5. Isi dengan air
dan pasang hapa. Tebarkan telur hingga ke seluruh permukaan hapa. Alirkan air
selama proses penetasan. Telur akan menetas 48 jam kemudian.
B. Pendederan larva
Kolam
pendederan ini dapat menggunakan bak permanen ataupun kolam tanah. Apabila
menggunakan kolam tanah, maka kolam pendederan perlu dipersiapkan sebagai
berikut:
1.
Keringkan kolam 3-5 hari,
berikan pupuk kandang 50 gr/m2. Berikan kapur dengan dosis 50 gr/m2.
Isi dengan air dan saring agar tidak kemasukkan hewan liar. Tingkat kepadatan
benih 1000-2000 ekor/m2.
2.
Apabila menggunakan kolam
permanen yang harus disediakan adalah pakan alami.utamanya adalah cacing
tobefex atau cacing sutera. pendederan pertama ini, sebaiknya berumur 2-3
minggu. Bibit harus sudah dipanen. Dan diadakan penyeleksian ukuran benih.
3.
Dalam pendederan kedua,
lakukan persiapan seperti halnya pada pendederan pertama. Tingkat kepadatan benih boleh menggunakan
kepadatan benih 1000 ekor/m2. Benih dideder selama 3 minggu, setelah
itu bisa dilakukan pemanenan dan seleksi.
4.
Pendederan ketiga seperti
halnya pendederan sebelumnya. Dengan padat tebar 500 ekor /m2. Untuk
pendederan 3 bisa dilakukan selama 1 bulan, setelah itu bibit siap dipanen dan
dijual.
5.
Pemberian pakan benih
untuk awal sampai berukuran 2 cm, sebaiknya menggunakan pakan alami, setelah
itu bisa diberi pakan buatan berupa serbuk halus secara berangsur hingga benih
lele berukuran 2-3. Setelah benih berukuran 2-3, bisa diberi pakan dengan
ukuran yang lebih besar. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 5% berat biomassa
per hari.
0 komentar:
Posting Komentar