Senin, 02 Maret 2015

PEMBENIHAN IKAN LELE DENGAN SISTEM INDUCED BREEDING


I.              PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Keberhasilan dalam budidaya ikan salah satunya ditentukan oleh tersedianya benih ikan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Serta pada waktu yang tepat saat dibutuhkan. Untuk hal tersebut harus didukung oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang memiliki ketrampilan memadai. Terlebih untuk pembenihan grasscarp, bawal, lele atau jenis ikan yang lain yang memang sulit untuk dikawinkan secara alami. Hal ini harus dilakukan pemijahan ikan dengan Induced Breeding. Dikarenakan kemampuan UPR masih terbatas, sehubungan tersebut kiranya perlu kami sampaikan materi tentang pembenihan ikan lele dengan sistem Induced Breeding. Hal ini juga sekaligus berguna untuk lebih mengintensifkan pembenihan ikan dan meningkatkan produksi benih ikan.

B.       TUJUAN KEGIATAN

Memberikan bimbingan ketrampilan dan pengetahuan kepada UPR. Khususnya dalam hal pembenihan, sekaligus guna meningkatkan produksi benih ikan.  Yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.

II.           PERSIAPAN PELAKSANAAN

Salah satu teknik pemijahan ikan lele adalah pemijahan buatan. Dalam pemijahan ini, dikenal istilah lain yaitu induced breeding atau kawin suntik. Cara pelaksanaannya setelah induk kita pilih, lalu induk betina kita suntik dengan hormon perangsang yang menggunakan ektrak kelenjar hipofisa ataupun bisa juga menggunakan penyuntikkan dengan hormon ovaprim.
Langkah selanjutnya adalah Menyiapkan induk lele betina dan jantan yang sudah matang gonad dan dilakukan penimbangan. Induk yang baik memiliki ciri ciri diantaranya : Induk tidak cacat, dari hasil keturunan induk yang baik atau jenis unggul. Jenis lele unggul saat ini adalah lele sangkuriang dan lele paiton.
1.        Ciri induk betina matang gonad
a.          Perut mengembang ke arah belakang sampai anus. Apabila diraba terasa lunak.
b.         Gerakan relatif lebih lambat
c.          Lubang kelamin berwarna kemerahan
d.         Usia induk 1 – 1,5 tahun
e.          Berat di atas 1 Kg
2.        Ciri induk jantan matang gonad
a.          Umur 1 – 1,5 tahun
b.         Berat di atas 1 kg
c.          Lubang kelamin memanjang dan ujungnya berwarna merah
d.         Apabila sirip punggung dipegang, maka sirip tersebut akan tegak
e.          Warna tubuh dan sungut condong berwarna lebih kemerahan
f.          Gerakannya lincah
gambar induk jantan matang gonad



gambar induk betina matang gonad


 

I.              PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

a.         Mengairi bak yang sudah dikeringkan sedalam 40-50 cm
b.        Menyiapkan ovaprim dan jarum spuit.
c.         Menyiapkan bulu ayam sebagai alat pengaduk.
d.        Menyiapkan lap, tisu, gunting, baskom-baskom, gelas, blower
gambar ovaprim dan alkohol 



I.              PELAKSANAAN

A.      Cara melaksanakan penyuntikan dengan hormon ovaprim adalah sebagai berikut:
1.      Dosis yang digunakan 0,3 cc ovaprim untuk setiap Kg induk. Suntikkan ovaprim ke dalam tubuh induk yang sudah disiapkan.
2.        Masukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak yang sudah disiapkan dan biarkan selama kurang lebih 10 jam.
3.        Pengambilan sperma induk jantan. Setengah jam sebelum pengeluaran telur, sperma harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut :
a.         Ambil seekor induk jantan yang sudah disiapkan, gunting perut mulai dari anus hingga belakang tutup insang.
b.        Ambil kantong sperma dan bersihkan dari kotoran/darah.
c.         Ambil larutan NaCl 0,9%. Masukkan ke dalam gelas sebanyak kira-kira 50 cc. Sperma dikucek ke dalam larutan tersebut. Hingga sperma yang di dalam kantong sperma habis.
4.        Stripping telur (pengeluaran telur). Tangkap induk jantan yang sudah disuntik/ sudah terjadi ovulasi. Bersihkan badannya dari air. Siapkan baskom atau wadah tempat menampung telur. lakukan pengurutan dari arah depan menuju ke anus untuk mengeluarkan telurnya. Setelah telur dikeluarkan dan ditampung dalam wadah, masukkan larutan sperma yang telah dicampur dengan NaCl tadi dan aduk hingga merata semua telur terkena larutan tersebut. Aduk menggunakan bulu ayam.
5.        Telur yang sudah dibuai maka akan berwarna hijau kekuningan agak gelap. Sedangkan yang tidak terbuai akan berwarna putih. Setelah itu lakukan pencucian telur agar terjadi pembuahan dengan sempurna dengan cara memberikan air bersih. Buang air hasil cucian tersebut sehingga telur dalam kondisi bersih dan bebas dari sperma.

A.      Proses penetasan telur
Penetasan telur lele dapat dilakukan di bak semen yang dilengkapi dengan kain hapa halus. Dapat juga menggunakan bak fyberglass, ember ataupun menggunakan akuarium. Khusus untuk di bak permanen, hal yang perlu dilakukan adalah siapkan kolam permanen misal ukuran 2x1x0,5. Isi dengan air dan pasang hapa. Tebarkan telur hingga ke seluruh permukaan hapa. Alirkan air selama proses penetasan. Telur akan menetas 48 jam kemudian.

B.       Pendederan larva

Kolam pendederan ini dapat menggunakan bak permanen ataupun kolam tanah. Apabila menggunakan kolam tanah, maka kolam pendederan perlu dipersiapkan sebagai berikut:
1.         Keringkan kolam 3-5 hari, berikan pupuk kandang 50 gr/m2. Berikan kapur dengan dosis 50 gr/m2. Isi dengan air dan saring agar tidak kemasukkan hewan liar. Tingkat kepadatan benih 1000-2000 ekor/m2.
2.         Apabila menggunakan kolam permanen yang harus disediakan adalah pakan alami.utamanya adalah cacing tobefex atau cacing sutera. pendederan pertama ini, sebaiknya berumur 2-3 minggu. Bibit harus sudah dipanen. Dan diadakan penyeleksian ukuran benih.
3.         Dalam pendederan kedua, lakukan persiapan seperti halnya pada pendederan pertama.  Tingkat kepadatan benih boleh menggunakan kepadatan benih 1000 ekor/m2. Benih dideder selama 3 minggu, setelah itu bisa dilakukan pemanenan dan seleksi.
4.         Pendederan ketiga seperti halnya pendederan sebelumnya. Dengan padat tebar 500 ekor /m2. Untuk pendederan 3 bisa dilakukan selama 1 bulan, setelah itu bibit siap dipanen dan dijual.
5.         Pemberian pakan benih untuk awal sampai berukuran 2 cm, sebaiknya menggunakan pakan alami, setelah itu bisa diberi pakan buatan berupa serbuk halus secara berangsur hingga benih lele berukuran 2-3. Setelah benih berukuran 2-3, bisa diberi pakan dengan ukuran yang lebih besar. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 5% berat biomassa per hari.





0 komentar:

Posting Komentar